Senin, 13 Februari 2017

Program Entrepreneursip di Ponpes Terpadu Al Mumtaz

Sebagai pondok pesantren yang memproklamirkan sebagai pesantren entrepreneur yang berusaha mencetak para entrepreneur-entrenreneur muslim dan berusaha mengentaskan generasi muda dari sikap miskin skill, kaya gengsi lagi konsumtif, dengan senantiasa menanamkan sikap produktif pada anak didiknya, menanamkan bahwa produktif itu kebutuhan Dadio  siro wong kang loman nok..!,” Itulah kata kata yang sering sang pengasuh ingatkan pada santri-santrinya. Yang intinya jadilah seoraang muslim yang kaya, dan tidak lupa dengan kewajiban zakat dan infaqnya. Tentu semakin banyak harta yang dimilikinya semakin banyak pula zakat, infaq dan shodaqoh yang ia keluarkan. Karena kekayaannya semata-mata hanya untuk mempermudahkannya dalam berdakwah.
Dengan gambaran tersebut tentu sudah bisa terlihat bahwasannya kami sangat berharap dengan adanya program-program usaha di Al Mumtaz dapat melatih jiwa entrepreneur mereka, karena disitulah mereka mengelola, menganalisis, dan mengevaluasi setiap kegiatan entrepreneur yang mereka kelola sendiri dengan laporan evaluasi yang rutin kepada pengurus kemudian dievaluasi lagi bersama agar mereka dapat belajar memperbaiki dari kesalahan-kesalahan yang ada.
Namun, sebelum menginjak ke jenjang entrepreneur kami programkan bagi mereka yaitu MKDU (mata kuliah dasar umum) disitulah mereka benar-benar digembleng dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin belum pernah mereka lakukan sebelumnya, dan mungkin pula membuat mereka malu bahkan gengsi untuk mengerjakannya. Tetapi kami berusaha menyadarkan pada mereka, bahwa dari sinilah kalian belajar! Belajar bahwa pahit itu perlu, pahit itu obat! Karena kebanyakkan penyakit gengsilah yang meracuni mereka, mereka harus mau memegang yang namanya cangkul, mendorong gerobak sampah, tanpa membedakan santri standar maupun asuh,  dengan hal sepele seperti inilah mereka bisa mengambil pelajaran, toh jikalau mereka sudah tak gengsi lagi memegang cangkul tentu yang lain juga pasti demikian.
Setelah kurang lebih satu semester, akan terlihat dari mereka mana lah yang dari awal bersungguh sungguh dan mana yang tidak. Karena disini mereka benar benar di bimbing, diawasi, dan dimonitoring melalui wadah yang kami sebut itu kependampingan. Yang mana di dalam kependampingan tersebut terdapat satu santri senior dalam masa pengabdian  yang bertugas mendampingi mereka dengan standar operasional prosedur (SOP) yang sudah dibekalkan dari awal pendamingan. Kependampingan tersebut meliputi kitab, mengajar, membimbing kutbah dan kultum, kegiatan sehari hari,  serta ibadah  sekaligus sebagai wali di dalam pesantren. Dari situ pula tentunya itu juga menjadi wadah bagi pendamping untuk belajar leadership yang sesungguhnya, setelah mereka belajar entrepreneur selama tiga tahun. Begitu pula selanjutnya, mereka yang dulu menjadi anak-anak dampingan pada saatnya akan merasakan bagaimana menjadi pendamping, menjadi pemimpin kelompoknya, menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam kelompok yang Ia dampingi. (Evn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post